jump to navigation

Gubsu (mungkin) Jenderal lagi 25/04/2008

Posted by Moderator in Opini.
trackback

Medan (Fokus Nias)

* Tulisan ini dimuat di website tetangga tanggal 3 Maret 2008 oleh Sdr Andi (Suara Sumut)

 

Kemarin, nyaris seharian aku berfikir, “siapa kelak Gubernur Sumatera Utara”. Aku corat-coret lima nama calon Gubsu. Aku corat-coret juga, nama-nama Gubernur Sumut sebelumnya. 

 

Menarik juga….! Ternyata, sejak tahun 1967 hingga 2005, ternyata Gubernur Sumut ternyata para Jenderal. Mayjen Marahalim Harahap (1967-1978), Mayjen EWP Tambunan (1978-1983), Letjen Kaharuddin Nasution (1983-1988), Letjen Raja Inal Siregar (1988-1998) dan Mayjen Rizal Nurdin (1998-2005).

Selama 38 tahun, Sumatera Utara dipimpin oleh Sang Jenderal. Andaikan, nasib naas tidak menimpa HT Rizal Nurdin, maka selama 41 tahun Sumatera Utara dipimpin oleh Jenderal. Artinya, sampai tahun 2008 inilah HT Rizal Nurdin yang seorang Jenderal memimpin Sumatera Utara.

Naiknya Rudolf Pardede, yang merupakan warga sipil menjadi Gubernur Sumatera Utara, aku nilai, hanya sebuah kebetulan saja. Kalau pesawat Mandala tidak terhempas ke bumi, ya… masih Jenderal juga yang memimpin.

Aku pun bertanya-tanya dalam hati, “benarkah Sumut merupakan rumahnya Jenderal?”. Sejarah politik di Sumatera Utara-dalam konteks pemilihan gubernur- Jenderal selalu memenangkan pertempuran. 

Bukan sebuah kebetulan, menjelang Pilgub Sumut kali ini kembali muncul figur seorang Jenderal, yang akan bertarung dalam arena Pilkada. Dia, Mayjen (Purn) Tritamtomo. Jenderal yang satu ini memperoleh amunisi dan logistik dari  PDI Perjuangan untuk bertempur.

 “Tritamtomo Sang Jenderal menang?” Terus terang, aku sedikit ragu. Soalnya, ada seorang “Jenderal” lagi yang ikut bertarung, H Syamsul Arifin SE.

Syamsul Arifin itu Jenderal? Kalau aku sih menyebutnya begitu. Mungkin juga ada orang lain yang memanggil Syamsul Arifin Jenderal.

Aku teringat saat H Syamsul Arifin, SE menyampaikan visi dan misinya saat penjaringan Calon Gubsu yang dilakukan oleh Partai Amanat Nasional (PAN), di Hotel Tiara, Medan.

Rafriandi Nasution, kader PAN yang bertindak sebagai panelis, saat itu, menyebut H Syamsul Arifin “Bapak TNI”.

Aku teringat lagi, foto-foto Syamsul Arifin di berbagai media massa. Meski hanya berbaju batik, Syamsul Arifin “bersalaman komando” dengan Letjen TNI Cornell Simbolon, Mayjen (Purn) Tritamtomo maupun dengan Kolonel (Purn) HT Milwan, Bupati Labuhanbatu.

Lama kutatap foto-foto itu. “Apa benar seorang Jenderal, mau bersalaman komando dengan sipil?”, tanyaku dalam hati. 

Aku teringat kembali, saat Kasum Mabes TNI Letjen Erwin Sudjono muncul ke Kabupaten Langkat untuk meresmikan “proyek tak seberapa”, yakni proyek pascabencana.

Aku fikir ada “benang merah” yang menyebabkan Ipar Presiden SBY tersebut datang ke Kabupaten Langkat. Padahal, Erwin Sudjono itu Katolik, sedangkan Syamsul Arifin didukung Parpol Islam dalam Pilgub Sumut.

Nah ini lagi lebih menarik !. Seorang seniorku pernah berkata, Panglima TNI Jenderal Joko Santoso, Kasum Letjen TNI Erwin Sudjono dan  Mayjen TNI (Purn) Mardianto yang kini menjabat sebagai Mendagri, selalu menyebut “Siap Jenderal…!”, jika bertemu Syamsul Arifin. “Bah…! Jenderal Sipil”, kataku dalam hati.

Aku juga teringat, saat Syamsul Arifin pertama sekali menjadi Bupati Langkat. Saat itu ABRI masih mewarnai lingkup politik di Indonesia. Tetapi, Syamsul Arifin, tampil sebagai pemenang. Jadilah dia Kepala Daerah yang berasal dari kalangan swasta untuk pertama kalinya dalam sejarah pemilihan Kepala Daerah di Indonesia.

“Pasti ada sebuah kekuatan di belakang Syamsul Arifin yang luput dari kacamata publik”, fikirku lagi.

Pastinya, dalam Pilgub Sumut kali ini, ada dua Jenderal yang bertarung. Satu Jenderal TNI, dan yang satu lagi Jenderal Sipil. Aku sendiri meyakini, satu diantara Jenderal tersebut bakal memenangkan “pertempuran”.

Soalnya, yang namanya Jenderal pasti memiliki jaringan yang lebih luas dan terorganisir. Jenderal lebih memahami teritorial, Jenderal lebih memiliki kesiapan, Jendral mimilki sifat ksatria dan sebagainya…., dan sebagainya…

Makanya, aku  berani bilang “Gubsu (mungkin) Jenderal lagi.

Komentar»

No comments yet — be the first.

Tinggalkan komentar